Sabtu, 01 Oktober 2011

KAMPUNG KUIN dan SEJARAH KESULTANAN BANJARMASIN (1)








'Bandarmasih', 'Banjarmasih', atau 'Banjarmasin' ternyata merupakan nama-nama yang sama untuk menyebut ibukota propinsi Kalimantan Selatan yang usianya telah mencapai hampir lima ratus tahun dan sarat dengan kisah heroik.

Keadaan Banjarmasin yang berada di bawah permukaan air laut serta mempunyai banyak sungai -besar dan kecil- membuat masyarakatnya akrab dengan kehidupan di air.  Sungai , air dan manusia saling mempunyai keterkaitan dan isi mengisi untuk hidup.  Di beberapa tempat atau bagian tertentu daerah aliran sungai terdapat 'pasar di atas air', atau pasar terapung. Untuk waktu sekarang, pasar terapung di Muara Kuin merupakan salah satu sisa dari banyak lokasi pasar terapung yang pernah ada.

Muara Kuin atau tepatnya Kampung Kuin di Kelurahan Kuin Utara sekarang, merupakan wilayah bersejarah.  Pada awal masa berdirinya, kota Banjarmasin memang bermula di Kampung Kuin; sebuah bandar orang-orang Melayu yang didirikan Patih Masih pada permulaan Abad 15.  Kampung Kuin, Sungai Kuin dan daerah-daerah disekitarnya menjadi tempat aktivitas masyarakat dan kawula Kerajaan Banjar yang ramai di bidang ekonomi dan perdagangan. Sampai keadaan berubah ketika watak dan tabiat bangsa-bangsa kolonial memasuki wilayah ini di lain masa.

Kuin sebagai pusat pemerintahan dan ibukota Kerajaan Banjar pada masa itu lebih popoler dengan sebutan 'Bandarmasih' atau 'Banjarmasih', sedangkan nama 'Banjarmasin' sendiri timbul akibat kesalahan pengucapan para serdadu kolonial dan orang-orang Belanda maupun pendatang asing lainnya dari Erofa.  Sampai sekitar tahun 1664, arsip Kerajaan Belanda berupa surat-surat yang dikirim ke wilayah Hindia Belanda untuk sultan-sultan yang memerintah di Kerajaan Banjarmasih, tetap menyebut Kerajaan Banjarmasih dalam versi ucapan Belanda; 'Bandzermash'. Kemudian sesudah tahun 1664 menjadi 'Bandjermassinghh', dan 'Bandjermasing' (tanpa huruf s dan hh).

Sebagaimana kerajaan maritim bercorak Islam lainnya di Nusantara sekitar Abad ke-16 dan ke-17, 'Banjarmasih' yang terletak di pesisir dan muara sungai besar sekitar Muara Kuin sekarang, menggantungkan perekonomiannya di bidang perdagangan dan pelayaran luar negeri.

Jung-jung Banjar yang besar untuk pelayaran inter-insuler dan interkontinental, terutama untuk pelayaran ke Tanah Seberang (Jawa), telah mampu dimiliki dan dibuat galangan kapal 'Banjarmasih'.  Sehingga sebagai pusat kerajaan dan kota pelabuhan, 'Banjarmasih' saat itu merupakan bandar internasional yang ramai disinggahi kapal-kapal dari berbagai wilayah Nusantara dan dari berbagai bangsa di dunia.

Dalam kurun waktu itu pula ............


bersambung ...............................................................................................

2 komentar:

Maahad Tahfiz al-Akhlak al-Islamiah mengatakan...

Ulun suah mandangar suatu ketika urang mamadahkan Banjarmasin dari --> Banjir + masin. Banjir dan banyunya masin.

hitoridesu mengatakan...

duLu kuin ternyata adaLah pusat pemerintahan..
tapi sekarang, sudah menjadi tempat pemukiman yang kumuh

Twitter Delicious Facebook Digg Stumbleupon Favorites More

 
Design by Free WordPress Themes | Bloggerized by Lasantha - Premium Blogger Themes | Top WordPress Themes