Pada suatu masa dahulu, jauh sebelum terbentuknya negara bernama Indonesia, kaum bangsa pendatang asal Negeri Banjar (di Kalimantan, Indonesia sekarang) pernah menggegerkan dan menorehkan tinta emas dalam sejarah beberapa daerah di Nusantara (baik di daerah-daerah di Indonesia sendiri maupun di beberapa negeri tetangga kita) karena keberanian dan sifat kepahlawanan mereka. Di Indonesia misalnya, dapat disebutkan disini sepak terjang para pendatang asal Negeri Banjar yang membantu Kerajaan Selaparang di Pulau Lombok ketika memadamkan pemberontakan seorang patihnya yang bernama Arya Banjar Getas.
Di Kalimantan Barat, putera-putera terbaik Banjar juga pernah menghalau para perompak (lanon) yang merajalela dan mengganggu wilayah Kerajaan Matan, tepatnya Kerajaan Tanjungpura-Matan yang terletak di hulu Sungai Pawan (propinsi Kalimantan Barat sekarang) pada kisaran waktu 1874 M. Adalah seorang perwira dari kraton Kerajaan Banjar di Martapura bernama Haji Mas Mohammad Abbas yang berjasa besar menundukkan perompak-perompak yang mengganggu aktivitas para pedagang asing yang ingin berniaga dengan Kerajaan Tanjungpura-Matan. Haji Mas Mohammad Abbas kemudian diberi gelar kehormatan 'Punggawa Kuala Matan' oleh Panembahan Kerajaan Tanjungpura-Matan atas jasa-jasanya tersebut.
Di masa penjajahan Belanda (1945 - 19490), orang-orang asal keturunan Banjar di Sumatera (terutama wilayah sekitar Kuala Tungkal di Jambi dan sekitarnya) bergabung dalam suatu kesatuan tentara yang dikenal dengan sebutan Laskar Hizbullah/ Laskar Selempang Merah. Mereka bahu mambahu dengan orang-orang pribumi Sumatera berperang menghadapi pasukan kolonial Belanda. Di Pulau Jawa ketika berkecamuknya revolusi 1945, orang-orang Banjar dari berbagai elemen, baik pelajar ataupun pedagang dan ulama yang menetap disana ikut memberikan sumbangsih mereka, berjuang bahu membahu bersama-sama pemuda-pemuda dari berbagai daerah dalam pertempuran hidup mati menghadapi pasukan gabungan tentara Inggris, Gurkha, dan NICA Belanda di kota Surabaya pada pertempuran Surabaya tanggal 10 November 1945.
Di negeri jiran Malaysia, orang-orang Banjar disana tidak kalah taruh. Dalam sejarah perang antara Negeri Kedah dengan Kerajaan Siam dikenal seorang panglima perang asal keturunan Banjar bernama Haji Timur yang membantu Kerajaan Kedah dan mampu memadamkan kelaliman tentara Kerajaan Siam. Pun, di masa pasca berakhirnya pendudukan tentara Jepang di Semenanjung Tanah Melayu, orang-orang Banjar tidak sudi berdiam diri menyaksikan huru hara yang dilakukan orang-orang Cina Komunis Malaya di daerah Balun Bidai , Tebuk Berihun maupun di wilayah Sungai Manik.
Sungai Manik dan Orang Orang Banjar di Malaysia
Wilayah Sungai Manik terletak di ....
bersambung.............................